Pages

Kamis, 08 Februari 2018

ENAM

Posted by Ulvina Haviza On 18.55 No comments


: Setyo Nugroho
                Sayang, tahun- tahun terus berjalan. Kini menginjak tahun keenam sudah, tidakkah kau terasa tahun ini cukup berat. Entah hanya aku saja yang merasa, ataukah kau juga merasakannya. Seperti ada yang hilang, perasaan kosong, hawa sedih yang seakan merundung. Rasa kehilangan yang datang perlahan, kehilangan yang pelan tanpa kita sadari. Bukan, bukannya tentang kehilangan sesuatu benda yang benar-benar berharga, tapi tentang iman di dadalah yang sedikit demi sedikit serasa hilang terkikis dan mulai menipis.

Bagiku, bilangan tahun keenam usia pernikahan ini cukup menguji kita. Begitu banyak ketakutan-ketakutan hidup yang mulai menerpa hati  belakangan ini. Menjalaninya cukup menguras tenaga dan emosi. Tentang anak-anak yang mulai beranjak memasuki usia sekolah. Tentang ketakutan-ketakutan sudah benar dan tepatkah cara kita mendidik mereka. Tentang sudahkah kita mengenalkan Allah dan Rasulnya dengan benar pada kedua buah hati kita hingga kelak bisa benar-benar meresapi dan bisa mencintai-Nya dan nya. Menjadi hamba dan bagian dari umat penolong agama ini. Tentang pantaskah kita berharap terlalu besar dan tinggi pada mereka, sementara kita ini apalah, hanya sepasang orang tua yang biasa-biasa saja dalam imannya, bahkan belakangan benar-benar menjadi manusia yang ibadahnya begitu jauh dibawah standar, terasa akhir-akhir ini begitu jauh dari kebaikan.
 Sayang, dalam masa enam tahun pernikahan kita, Allah titipkan dua buah cinta yang kadang seringkali aku lupa untuk mensyukurinya. Bilangan umur mereka kian bertambah, dan aku semakin merasa belum pantas menjadi ibu yang baik untuk mereka. Mereka yang dulu kuharap-harapkan dengan beribu doa, tak kujaga dan kurawat maksimal dengan cinta, masih menyambilinya dengan menatap layar handphone saat membersamainya, masih tak menjaga emosi saat menghadapi tingkah-tingkah mereka, masih tak mengutamakan mereka, dan masih-masih lainnya tentang keburukan dan kekuranganku. Dan tentang karunia-karunia Allah lainnya yang telah begitu banyak dan luasnya, tentang kemudahan-kemudahan jalan hidup yang Allah berikan, sungguh begitu tak bersyukurnya kita.
Tentang Adlan, akhir-akhir ini aku mulai menjelma jadi Bunda yang mulai sering teriak-teriak. Reflek melarangnya ini itu karena tingkah-tingkah kreatifnya untuk membuat rumah berantakan dan semakin berantakan. Adlan yang mulai semakin banyak tanya adalah sebuah karunia yang lain, aku sebagai ibunya dan kau sebagai ayahnya terkadang sampai kerepotan menjawab pertanyaannya yang selalu adaaaaaa saja. Melukai hatinya, entah telah berapa kali aku melakukannya, beberapa kali teriakan dan laranganku kadang membuatnya menangis, merasa keinginannya tak terpenuhi karena terhalang olehku. Melihat kedekatannya denganmu terkadang aku masih merasa cemburu, terkadang aku merasa hanya mendapat sisa-sisa perhatiannya setelah darimu. Melihatnya merasa sedih dan menangis saat kau pulang terlalu malam, sisi hatiku terluka, karena padaku dia tak begitu. Melihat semua itu, betapa buruknya aku sebagai ibu, hingga rindu anakku tak ada padaku.
Sedang tentang Arkhan lain lagi, sempat terasa perhatiannya juga telah tercuri olehmu. Dia mendekapku erat hanya saat akan tidur dan mimik ASI. Sedang waktu mainnya, dia lebih memilihmu. Parahnya akhir-akhir ini bahkan saat menjelang tidurpun dia tetap menangis padaku dan memilih mendekapmu. Ooohhhh.... sungguh hatiku terluka, cemburu tingkat tinggi padamu. Mencari-cari mengapa ia tak nyaman denganku, lebih nyaman denganmu. Betapa baiknya kau sebagai ayah, hingga kedua buah hati kita menempel dekat padamu. Terkadang, saat arkhan sedang ingin menempel padaku, ada perasaan tak akan menyerahkannya padamu. Haha....jadi terasa aneh ya sayang. Tentu semua kesalahan ada padaku, pasti ada sesuatu yang salah pada diriku, hingga kedua buah hati kita seperti itu. Yang pasti sayang, aku cemburu, dan sisi hatiku terluka.
Ah, sayang, mungkin tentang dua atau tiga tahun terakhir ibadahku yang menurun drastis, terjun bebas dari kebiasaan baik yang telah kita bangun bersama. Sholatku yang seringkali tertunaikan di akhir waktu, tilawah Quran yang tak lagi bisa kulakukan setiap hari seperti waktu dulu yang bahkan bisa tertunaikan dengan sehari satu juz, yang dulu sempat kuberpikir tak kan pernah membiarkan mushaf quranku berdebu di sudut ruangan karena tak pernah kubaca, dan kini itu semua terjadi, aku melakukannya, dengan tilawah yang bahkan hanya sekali seminggu dan itupun hanya satu lembar, Astagfirullah ya Allah..... ada apa dengan diri yang hina ini. Dan tentang sedekah yang seringkali aku berpikir-pikir untuk melakukannya, lebih banyak perhitungannya, sering berpikir dahulu  pantas atau tidak orang yang kuberi, berpikir cukup ga uang bulanannya sampai akhir bulan. Oh, ya Allah betapa perhitungannya hamba, padahal telah Engkau jamin bahwa tak kan berkurang harta yang sedekah, bahkan bertambah berlipat-lipat. Astagfirullah....
Dan kau sayangku, sebagai imam, kau jadi terpengaruh dengan sifat burukku, dengan kemunduran drastisku. Seringkali kita berbicara tentang rasa syukur kita yang tak lagi ada pada Allah, tentang karunia yang telah begitu banyak Allah berikan hingga kini, dan kita hanya jadi manusia yang tak pandai bersyukur lalu semakin lalai lagi dan lagi, semakin buruk lagi dalam beribadah pada Allah.
Kau ingat, dalam tahun ini kita cukup sering bertengkar, cukup sering saling ngeyel, aku dengan nada keras, kau balaspun dengan keras, lalu kita diam, aku menangis, ya beberapakali terjadi seperti itu. Ah, ada apa dengan pernikahan kita, bukan,...ada apa dengan iman kita yang masing-masing tak kita jaga. Pernah sekali, dan untuk pertama kalinya, semoga untuk terakhir kali nya, kau melempar handphone tepat di depanku, karena emosi kita yang sama-sama meninggi, karena mulutku yang tak henti-henti mengomel dan menyalahkanmu. Lalu setelah itu kita sama-sama terdiam, hingga masih sama-sama menyisakan sesak di dada. Dalam hati aku berpikir, mungkin kali ini aku telah benar-benar keterlaluan, mungkin kau sedang dalam kondisi badan yang tidak terlalu baik, mungkin kau sedang lelah, atau mungkin....ahh.... Yang termungkin adalah, kita tak lagi sama-sama mampu menahan diri untuk mengendalikan emosi, kita semakin jarang melibat iman dan hati dalam kehidupan rumah tangga kita sehari-hari, hingga setan mampu dengan mudah mengambil celah mengaduk-aduk emosi, dan membuat mulutku tak henti menyalahkanmu. Dan kita, berakhir sebagai dua manusia yang sama-sama sadar bahwa telah ada yang salah pada diri kita masing-masing, sama-sama terdiam, sama-sama menyesali diri, lalu aku seperti biasa mengeluarkan air mata lagi.
Sayang, bukankah setelah tahun keenam mestinya kita lebih bijak dan dewasa tentang pernikahan kita, sedang aku??? Ah.....lagi-lagi maaf yang hanya bisa terucap. 
Tentang karunia Allah, setelah sekian banyak kekhilafan kita, Allah masih menunjukkan sayang dan cintaNya. Tentang aku yang selama ini begitu bergantung kepadamu, tiba-tiba mesti belajar untuk tak terlalu mengandalkanmu lagi. Semenjak Allah karuniakan rezeki tentang beasiswa S2mu, maka sejak itulah aku mulai segalanya dengan sendiri, berangkat dan pulang kantor sendiri, membeli segala kebutuhan sendiri yang biasanya selalu ditemani olehmu, bahkan mampir untuk makan di warung langgananpun sendiri yang biasanya berdua denganmu. Mulanya sempat tiba-tiba merasa kondisi badan drop, seringkali masuk angin, diserang flu dan radang, tapi akhirnya lama-lama jadi terbiasa. Bukankah ini saatnya untuk aku bisa mandiri, tak terlalu mengandalkanmu lagi, terlalu manja padamu sebagai istri, dan kau terlalu baik padaku.
Sayang, setelah enam tahun ini, aku hanya bisa berharap semoga tahun-tahun kedepan hanya ada kebaikan-kebaikan yang akan kita simpan, yang akan kita berikan pada anak-anak kita, yang akan kita bangun dalam masa rumah tangga kita. Tentang aku yang selalu tak sempurna menjadi istrimu, semoga kau selalu mempunyai hati yang luas untuk menerimanya. Karena kau yang terlalu baik untukku, membuatku terkadang berpikir tak pantas menjadi pendampingmu. Maka ikhlaskanlah yang ada padaku. Selamat ulang tahun pernikahan kita sayangku. Entah kenapa kali ini aku menuliskannya dengan sebersit rasa pilu...... ***
4 Februari 2018



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar