: Setyo Nugroho
Sayang,
tahun- tahun terus berjalan. Kini menginjak tahun keenam sudah, tidakkah kau
terasa tahun ini cukup berat. Entah hanya aku saja yang merasa, ataukah kau
juga merasakannya. Seperti ada yang hilang, perasaan kosong, hawa sedih yang seakan
merundung. Rasa kehilangan yang datang perlahan, kehilangan yang pelan tanpa
kita sadari. Bukan, bukannya tentang kehilangan sesuatu benda yang benar-benar
berharga, tapi tentang iman di dadalah yang sedikit demi sedikit serasa hilang terkikis
dan mulai menipis.
Bagiku, bilangan tahun keenam usia
pernikahan ini cukup menguji kita. Begitu banyak ketakutan-ketakutan hidup yang
mulai menerpa hati belakangan ini.
Menjalaninya cukup menguras tenaga dan emosi. Tentang anak-anak yang mulai
beranjak memasuki usia sekolah. Tentang ketakutan-ketakutan sudah benar dan
tepatkah cara kita mendidik mereka. Tentang sudahkah kita mengenalkan Allah dan
Rasulnya dengan benar pada kedua buah hati kita hingga kelak bisa benar-benar
meresapi dan bisa mencintai-Nya dan nya. Menjadi hamba dan bagian dari umat
penolong agama ini. Tentang pantaskah kita berharap terlalu besar dan tinggi
pada mereka, sementara kita ini apalah, hanya sepasang orang tua yang biasa-biasa
saja dalam imannya, bahkan belakangan benar-benar menjadi manusia yang
ibadahnya begitu jauh dibawah standar, terasa akhir-akhir ini begitu jauh dari
kebaikan.
Sayang, dalam masa enam tahun pernikahan kita,
Allah titipkan dua buah cinta yang kadang seringkali aku lupa untuk
mensyukurinya. Bilangan umur mereka kian bertambah, dan aku semakin merasa
belum pantas menjadi ibu yang baik untuk mereka. Mereka yang dulu
kuharap-harapkan dengan beribu doa, tak kujaga dan kurawat maksimal dengan
cinta, masih menyambilinya dengan menatap layar handphone saat membersamainya, masih tak menjaga emosi saat
menghadapi tingkah-tingkah mereka, masih tak mengutamakan mereka, dan
masih-masih lainnya tentang keburukan dan kekuranganku. Dan tentang
karunia-karunia Allah lainnya yang telah begitu banyak dan luasnya, tentang
kemudahan-kemudahan jalan hidup yang Allah berikan, sungguh begitu tak
bersyukurnya kita.
Tentang Adlan, akhir-akhir ini
aku mulai menjelma jadi Bunda yang mulai sering teriak-teriak. Reflek
melarangnya ini itu karena tingkah-tingkah kreatifnya untuk membuat rumah
berantakan dan semakin berantakan. Adlan yang mulai semakin banyak tanya adalah
sebuah karunia yang lain, aku sebagai ibunya dan kau sebagai ayahnya terkadang
sampai kerepotan menjawab pertanyaannya yang selalu adaaaaaa saja. Melukai
hatinya, entah telah berapa kali aku melakukannya, beberapa kali teriakan dan
laranganku kadang membuatnya menangis, merasa keinginannya tak terpenuhi karena
terhalang olehku. Melihat kedekatannya denganmu terkadang aku masih merasa
cemburu, terkadang aku merasa hanya mendapat sisa-sisa perhatiannya setelah
darimu. Melihatnya merasa sedih dan menangis saat kau pulang terlalu malam,
sisi hatiku terluka, karena padaku dia tak begitu. Melihat semua itu, betapa
buruknya aku sebagai ibu, hingga rindu anakku tak ada padaku.
Sedang tentang Arkhan lain lagi,
sempat terasa perhatiannya juga telah tercuri olehmu. Dia mendekapku erat hanya
saat akan tidur dan mimik ASI. Sedang waktu mainnya, dia lebih memilihmu.
Parahnya akhir-akhir ini bahkan saat menjelang tidurpun dia tetap menangis
padaku dan memilih mendekapmu. Ooohhhh.... sungguh hatiku terluka, cemburu
tingkat tinggi padamu. Mencari-cari mengapa ia tak nyaman denganku, lebih
nyaman denganmu. Betapa baiknya kau sebagai ayah, hingga kedua buah hati kita
menempel dekat padamu. Terkadang, saat arkhan sedang ingin menempel padaku, ada
perasaan tak akan menyerahkannya padamu. Haha....jadi terasa aneh ya sayang.
Tentu semua kesalahan ada padaku, pasti ada sesuatu yang salah pada diriku,
hingga kedua buah hati kita seperti itu. Yang pasti sayang, aku cemburu, dan
sisi hatiku terluka.
Ah, sayang, mungkin tentang dua
atau tiga tahun terakhir ibadahku yang menurun drastis, terjun bebas dari
kebiasaan baik yang telah kita bangun bersama. Sholatku yang seringkali
tertunaikan di akhir waktu, tilawah Quran yang tak lagi bisa kulakukan setiap
hari seperti waktu dulu yang bahkan bisa tertunaikan dengan sehari satu juz,
yang dulu sempat kuberpikir tak kan pernah membiarkan mushaf quranku berdebu di
sudut ruangan karena tak pernah kubaca, dan kini itu semua terjadi, aku
melakukannya, dengan tilawah yang bahkan hanya sekali seminggu dan itupun hanya
satu lembar, Astagfirullah ya Allah..... ada apa dengan diri yang hina ini. Dan
tentang sedekah yang seringkali aku berpikir-pikir untuk melakukannya, lebih
banyak perhitungannya, sering berpikir dahulu pantas atau tidak orang yang kuberi, berpikir
cukup ga uang bulanannya sampai akhir bulan. Oh, ya Allah betapa perhitungannya
hamba, padahal telah Engkau jamin bahwa tak kan berkurang harta yang sedekah,
bahkan bertambah berlipat-lipat. Astagfirullah....
Dan kau sayangku, sebagai imam,
kau jadi terpengaruh dengan sifat burukku, dengan kemunduran drastisku.
Seringkali kita berbicara tentang rasa syukur kita yang tak lagi ada pada
Allah, tentang karunia yang telah begitu banyak Allah berikan hingga kini, dan
kita hanya jadi manusia yang tak pandai bersyukur lalu semakin lalai lagi dan
lagi, semakin buruk lagi dalam beribadah pada Allah.
Kau ingat, dalam tahun ini kita
cukup sering bertengkar, cukup sering saling ngeyel, aku dengan nada keras, kau
balaspun dengan keras, lalu kita diam, aku menangis, ya beberapakali terjadi
seperti itu. Ah, ada apa dengan pernikahan kita, bukan,...ada apa dengan iman
kita yang masing-masing tak kita jaga. Pernah sekali, dan untuk pertama
kalinya, semoga untuk terakhir kali nya, kau melempar handphone tepat di depanku, karena emosi kita yang sama-sama
meninggi, karena mulutku yang tak henti-henti mengomel dan menyalahkanmu. Lalu
setelah itu kita sama-sama terdiam, hingga masih sama-sama menyisakan sesak di
dada. Dalam hati aku berpikir, mungkin kali ini aku telah benar-benar
keterlaluan, mungkin kau sedang dalam kondisi badan yang tidak terlalu baik,
mungkin kau sedang lelah, atau mungkin....ahh.... Yang termungkin adalah, kita
tak lagi sama-sama mampu menahan diri untuk mengendalikan emosi, kita semakin
jarang melibat iman dan hati dalam kehidupan rumah tangga kita sehari-hari,
hingga setan mampu dengan mudah mengambil celah mengaduk-aduk emosi, dan
membuat mulutku tak henti menyalahkanmu. Dan kita, berakhir sebagai dua manusia
yang sama-sama sadar bahwa telah ada yang salah pada diri kita masing-masing,
sama-sama terdiam, sama-sama menyesali diri, lalu aku seperti biasa
mengeluarkan air mata lagi.
Sayang, bukankah setelah tahun
keenam mestinya kita lebih bijak dan dewasa tentang pernikahan kita, sedang
aku??? Ah.....lagi-lagi maaf yang hanya bisa terucap.
Tentang karunia Allah, setelah
sekian banyak kekhilafan kita, Allah masih menunjukkan sayang dan cintaNya.
Tentang aku yang selama ini begitu bergantung kepadamu, tiba-tiba mesti belajar
untuk tak terlalu mengandalkanmu lagi. Semenjak Allah karuniakan rezeki tentang
beasiswa S2mu, maka sejak itulah aku mulai segalanya dengan sendiri, berangkat
dan pulang kantor sendiri, membeli segala kebutuhan sendiri yang biasanya
selalu ditemani olehmu, bahkan mampir untuk makan di warung langgananpun
sendiri yang biasanya berdua denganmu. Mulanya sempat tiba-tiba merasa kondisi badan
drop, seringkali masuk angin, diserang flu dan radang, tapi akhirnya lama-lama
jadi terbiasa. Bukankah ini saatnya untuk aku bisa mandiri, tak terlalu
mengandalkanmu lagi, terlalu manja padamu sebagai istri, dan kau terlalu baik
padaku.
Sayang, setelah enam tahun ini, aku
hanya bisa berharap semoga tahun-tahun kedepan hanya ada kebaikan-kebaikan yang
akan kita simpan, yang akan kita berikan pada anak-anak kita, yang akan kita
bangun dalam masa rumah tangga kita. Tentang aku yang selalu tak sempurna
menjadi istrimu, semoga kau selalu mempunyai hati yang luas untuk menerimanya.
Karena kau yang terlalu baik untukku, membuatku terkadang berpikir tak pantas
menjadi pendampingmu. Maka ikhlaskanlah yang ada padaku. Selamat ulang
tahun pernikahan kita sayangku. Entah kenapa kali ini aku menuliskannya dengan sebersit rasa pilu...... ***
4 Februari 2018
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer





0 komentar:
Posting Komentar