Sore itu, suaramu terdengar pelan. Terik di luar sudah tak lagi begitu menyengat. Aku menghubungimu.
“Mengapa kau tak membalas pesanku?” tanyaku, juga dalam pelan.
“Untaian pesanmu cukup menyakitkan,” bisikmu padaku.
Lalu kukemukakan alasanku, mulai berkicau, menceracau. Dan kau diam mendengarkan. Hanya diam.
“Mungkin benar,” ucapmu setelah itu tiba-tiba. Mungkin aku yang memang terlalu frontal, mungkin aku yang terlalu berlebihan.
“Tak sepenuhnya begitu,” jawabku lirih. Setengah merasa bersalah padamu, merasa telah menyebabkan jua setitik luka di hatimu. Entah, apa iya hanya setitik.
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer




