Maka mencintaimu adalah ketika kau memelukku saat aku menangis,
kapanpun itu. Entah karena duka yang begitu terasa atau hanya karena
kecengenganku yang meraja. Kau tetap memelukku. Sesekali membelai rambutku.
Maka mencintaimu adalah ketika memelukmu dari belakang saat
kita berboncengan di atas motor saat berangkat ke kantor atau pergi kemanapun. Semilir
angin menerpa wajahku, membelai pelupuk mataku yang lelah, tak bisa kutahan.
Lalu semakin kukencangkan lingkar lenganku di pinggangmu, menyandarkan kepalaku
di punggungmu yang hangat hingga mataku terpejam seketika, tertidur sekejap
hingga tak peduli kau membawaku sampai kemana. Dan kau kepayahan menyeimbangkan
laju motor sambil menahan tubuhku yang berat katamu.
Maka mencintaimu adalah ketika mencubiti pinggangmu saat kau
melirik gadis-gadis cantik berpakaian minimalis di Mall atau dimanapun saat kita
berjalan berdua, dan kau tertawa sambil menggoda “Pandangan pertama adalah
rezeki Dik!” Lalu tawamu semakin kencang saat menatap muka manyunku. Aku tahu,
setelah itu kau selalu menundukkan pandanganmu, menatap ke arahku.
Maka mencintaimu adalah
ketika belajar memasak masakan Jawa dengan panduan buku resep. Saat
berhasil, wajahmu girang luar biasa sambil memuji tiada henti hingga semakin bersemangat
untuk selalu memasakkan makanan untukmu. Dan suatu saat tak terlalu berhasil,
atau bisa dibilang gagal; kadang kurang berasa bumbunya, kadang terasa pahit
karena kebanyakan kunyit, kau masih tersenyum dan bilang “Enggak apa-apa, mas
akan habiskan.”
Maka mencintaimu adalah ketika setiap malam kau mencium
lembut keningku sebelum menuju tidur. Dan kadang kau iseng hanya menempelkan
tanganmu di bibirmu lalu menepukkannya ke jidatku, lalu kau tertawa. Maka aku
akan mengalungkan lenganku di pundakmu dan memaksamu mencium keningku. Lalu
kita tertawa bersama.
Maka mencintaimu adalah ketika diam-diam mencium pipimu saat
kau tertidur pulas, hingga keringatmu menempel di bibirku, dan ada rasa-rasa
aneh di sana, sedikit asin.
Maka mencintaimu adalah ketika memandangmu yang keletihan
setelah membantuku mengepel lantai rumah kita. Keringatmu bercucuran hingga
baju kaosmu basah tak karuan. Lalu kau akan duduk santai di depan kipas angin biru
satu-satunya milik kita dan bilang “Ngilangin keringat dulu ya Dek, habis itu
baru mandi.” Hafal dengan kebiasaanku yang pasti memintamu untuk segera mandi
setelah itu.
Maka mencintaimu adalah ketika meladeni setiap pertanyaanku
saat kita menonton film, di bioskop ataupun di rumah. “Itu kenapa Mas? Kok
seperti itu? Kenapa enggak begini Mas? Bilang apa dia tadi Mas?”. Dan kau akan
menjawabnya satu-satu dengan sabar, meski kadang kau tersadar, “Dinda iseng ya
ngerjain Mas?”. Aku tertawa, dan tentu saja tidak ada niat untuk mengerjaimu.
Hanya saja aku yang sering tak terlalu berkonsentrasi saat menemanimu melakoni
hobimu itu. Entah kadang sedang memikirkan apa.
Maka mencintaimu adalah ketika aku tidur memunggungimu saat aku sedang marah
dan tak ingin bicara denganmu. Ngambek. Lalu kau akan memelukku, mencium
rambutku, dan minta maaf meski kadang aku sendirilah yang bermasalah. Terkadang
terlalu sensitif, terlalu menuruti perasaan, juga terlalu mengikuti
persangkaan. Namun kau akan selalu menemukan waktu untuk kita bicara
menyelesaikan segalanya.
Maka mencintaimu adalah ketika kau selalu menyediakan waktu
untuk kita membaca Al-Quran bersama selepas Magrib. Kau dan aku saling
membetulkan bacaan, menyimak dari lafaz huruf hingga terjemahan. Dan kau sering
memegang kepalaku yang selalu menggeleng-geleng sendiri karena salah melafalkan
bacaan. Kau melemparkan senyuman.
Maka mencintaimu adalah ketika gelisah menunggumu saat kau
terlambat pulang, entah karena lembur atau sedang ada keperluan. Pikiran buruk
sering menerpa, adakah kau sedang baik-baik saja? Tak sedang dirundung masalah
atau kesedihan. Sejatinya aku tahu, hanya kepada Allah lah segala penjagaan,
namun mataku enggan terpejam hingga kau muncul di hadapan.
Maka mencintaimu adalah ketika memintamu membeli isi ulang
gallon air minum atau tabung gas yang habis. Kau akan protes saat kuberi uang
pas, “Upahnya mana?” begitu selalu katamu bercanda padaku. “Nanti Dinda kasi
cium di pipi,” balasku menggodamu. “Ah, itu udah biasa,” katamu lagi sambil
tersenyum genit.
Maka mencintaimu adalah ketika jengkel melihatmu membawa
motor dengan pelan, meski tak sedang di tengah kemacetan. Atau selalu
mempersilahkan motor lain jalan duluan. Kau akan selalu bilang, “Sabar Dik! Nikmati
perjalanannya, ini salah satu cara melatih kesabaran, karena di tengah
kemacetan emosi sering berkeliaran.” Dan aku hanya akan jadi diam.
Maka mencintaimu adalah ketika kau selalu menemaniku
berbelanja. Berdiri tenang menungguku menawar harga buah dan sayuran.
Mengikutiku membeli telur dan ikan, juga membantu membawa barang belanjaan.
Maka mencintaimu adalah ketika kau menemaniku memasak makanan,
meski hanya melihat-lihat atau sekadar mengajak bicara kemana-mana. Kadang
bersemangat berapi-api, kadang datar tanpa emosi. Namun kau menemaniku, aku
merasakan kau ada.
Dan mencintaimu adalah kerja yang tak ada habisnya, karena
ini bukan hanya tentang rasa…. Denganmu membangun cinta hingga ia tinggi
menggapai surga.***
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer





1 komentar:
subhanallah...benar2 "barakallahu laka wa barakallahu alaika" nih judulnya ukh.. suka..suka..suka :D
Posting Komentar