Pages

Kamis, 07 Agustus 2014

Menjadi Ibu

Posted by Ulvina Haviza On 20.10 No comments





Seseorang pernah bilang padaku, ketika kau merasakan bagaimana sakitnya melahirkan seorang anak, dan bagaimana sulit dan bersusah payahnya membesarkan dan mendidiknya, maka setelah itu tak kan pernah sekali-sekali kau berani menyakiti perasaaan ibumu, membantahnya pun tidak, meski terkadang kau dan ibumu masih sering berbeda pandangan dalam menilai sesuatu. Percayalah, kau tak kan pernah berani membantahnya, hanya akan bisa diam dalam hati demi tak menambahkan segores luka di hati perempuan yang selama ini kau panggil Ibu itu.


Seorang tetua lain juga bilang padaku, menjadi ibu itu harus siap sakit. Awalnya aku hanya tersenyum mendengar pernyataan itu. Tapi, makin kesini makin terasa benar adanya apa yang dikatakannya.
Menjadi ibu, bukankah semenjak benih itu baru mulai hadir di rahimmu, kau telah merasakan sakit. Perasaan yang tak enak, serasa sering meriang, pusing dan muntah-muntah yang rutin setiap hari. Lalu saat ia mulai tumbuh membesar sedikit demi sedikit menguasai ruang di perutmu, kau mulai merasakan kesulitan berjalan, kaki dan pinggang yang mulai sering terasa sakit, serta badan yang terasa berat. Ditengah itu semua,segala aktivitas mesti tetap dilakukan seperti biasanya, apalah daya.
Puncaknya, saat tiba hari dimana ia sudah ingin melihat dunia, rasa sakit luar biasalah yang datang meraja. Seperti yang digambarkan salah seorang penulis idola saya, serangan rasa nyeri luar biasa menyergap ketika rahim mulai berkontraksi. Makin lama kian sering dan kian menyakitkan. Otot-otot serasa dikejangkan dan tulang-tulang seperti dibetoti. Puncaknya, ketika sang bayi sudah saatnya menghirup udara dunia, maka yang dirasakan sang Ibu adalah perobekan luas, luka jerih yang berdarah-darah, dan tubuh yang dipaksa untuk berkelojotan menuntaskan bebannya.
Rasa sakit itu, sungguh tak terkatakan. Bahkan kadang sampai pada titik dimana kau berpikir untuk menyerah pada rasa sakitnya, tapi kau tidak bisa dan tak akan ingin untuk melakukannya, untuk menyerah pada titik itu. Karena akan ada perasaan bahagia luar biasa setelahnya, perasaan yang juga akan sulit untuk kau lisankan. Saat bayi merah yang menangis demikian keras itu diletakkan di atas dadamu, diatas pelukanmu. Ah, saat pertama kali kau benar-benar menjadi seorang ibu.
Saat perasaan cinta di hatimu mulai tumbuh untuk jiwa kecil yang baru saja hadir itu, maka segala lelah akan kau lupa demi untuknya. Tentang malam-malam saat waktu tidurmu hilang, tentang belajar bagaimana cara menghentikan tangisnya yang baru pertama kali kau alami, tentang mempersiapkan segala kebutuhannya, tentang tetap merawat seisi rumah sambil berlari-lari kecil memeriksa si mungil, menangiskah ia saat kau tinggal untuk menuntaskan pekerjaanrumah, atau mencucikan popoknya. Segala payah itu akan sirna, dan tiba-tiba saja akan ada kerelaan di dalam hatimu demi jiwa kecil itu, jiwa kecil yang baru saja hadir itu.
Menjadi Ibu, ini baru awal dari rasa sakit yang akan rela kau terima saat menyandang status mulia itu, seorang Ibu. Nanti, dalam masa ia tumbuh menjadi balita yang banyak tanya, anak kecil yang manja, remaja yang menggebu-gebu dan menjadi dewasa seiring waktu, lalu meninggalkanmu demi membangun kehidupan baru. Segala rasa yang berjuta akan datang menganti rasa sakitmu.
Menjadi ibu, andai saja kau benar-benar tahu, siapa yang kan tega memberi luka di hati perempuan mulia itu walau hanya segores sembilu. Ah Ibu, mengingatmu, segala perih tak bisa kutahan, karena segala duka, ribuan luka, dan berkubik-kubik airmatamu yang tumpah olehku. Kini, hanya ada kata “Maaf” yang mengambang di atas pusaramu dariku. Maafkan aku ibu, baru menyadari betapa sulitnya menjadi dirimu setelah aku menjadi seorang Ibu.

Jumat Malam di Bulan Juli
Kala memandangi lelaki kecilku terlelap dimalam yang pekat



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar