Kosong……Senja perlahan mulai turun, sudah hampir gelap. Dan aku berjalan sendirian, sudah waktunya pulang setelah segala aktivitas yang menyesakkan ini menjejal diri seharian, mulai merasakan kebosanan dengan kemonotonan ini. Aku terus melangkah menuju pulang.
Pun ia telah pula menuju pulang. Kutatap punggungnya dari belakang, perlahan gadis manis itu berjalan. Letih, begitulah agaknya pelan langkah kakinya kuartikan. Berbagai hal sepertinya masih menggelayuti pikirannya. Entah apa lagi, tepatnya aku tak tahu. Dan meski ingin tahu, tak berani pula menanyakannya…
Semuanya berawal semenjak beberapa bulan yang lalu, tepatnya menjelang kukira. Entah kenapa aku merasakan ada yang berubah dengan tiba-tiba. Gadis itu tiba-tiba menjadi lebih banyak diam, tak memperhatikan apalagi mendengarkan saat aku bicara, ia seolah selalu sibuk dengan pikirannya sendiri sementara aku masih meluapkan kekata. Ya, sejak saat itu aku yakin, telah ada yang berubah, sesuatu yang cukup serius telah terjadi. Dan sepertinya aku tahu, hal itu apa….
Mulanya, bulan-bulan pertama, semuanya masih biasa-biasa saja. Namun tidak begitu untuk bulan-bulan berikutnya. Ada yang berubah, sesuatu telah berubah, entah apa tepatnya yang berubah, aku tak tahu, atau mungkin aku hanya sedang berpura-pura tak tahu…
Kau mulai sering mengungkit-ungkit masa kecil kita yang cukup perih, mengkaji setiap likunya, mengenang setiap jengkal masa bahagianya, meski malah lebih banyak kisah dukanya, kisah-kisah yang menguras air mata kita. Ah….. kini kita telah sama-sama dewasa.
Karena kedewasaan itu pula lah kau semakin merasa tersakiti, tepatnya telah tak terhitung duka yang kau rasakan oleh sebabku, yang seringnya aku tak sadar saat menorehkannya. Setidaknya, begitulah yang sering kau ungkap belakangan setelah beberapa kali aku sering bertanya, dengan sedikit memaksa….
Ah….. tahu kah kau apa yang terjadi padaku saat itu, saat setiap kali kau mengungkapkan lukamu. Aku….aku seperti tak sedang berpijak di atas bumi, pijakanku serasa bergoyang, oleng. Dadaku sesak dan perlahan sakit, serasa ditekan oleh benda tumpul dengan sangat kuat. Tak percaya, dalam diam ternyata kau memupuk luka, hingga manganga.
Seperti biasa aku menjawab setiap pernyataan-pernyataanmu dengan berbagai kelogisan-kelogisan, yang kau artikan hanya sebagai bantahan dan keegoisan-keegisanku. Lalu hati dan pikiran kita tak pernah lagi bisa bertemu…. Mulai terpisah, tak lagi sejalan.
Luka itu kau biarkan terbuka, ditambah dengan siraman asamnya ingatan atas segala pengorbanan. Kini malah makin meradang, sakitnya kau sisakan dalam setiap pandangan, dalam setiap pertemuan, dalam setiap pembicaraan, dalam setiap langkah, hingga kemudian kita menjadi terasing. Aku seolah tak mengenalmu lagi, seolah kita tak pernah hidup bersama dalam waktu yang tak bias dibilang sebentar, dan kau menginginkannya….. Apa daya, akulah si pembuat luka, si penanam benih duka.
Duhai gadis berhati lembut, telah begitu dalam kah aku menyakitimu, begitu banyak kah luka yang kutorehkah di masa lalu dan masa-masa itu padamu, hingga persaudaraan kita tak bisa lagi seperti dulu. tak mungkin bisa seperti dulu, begitulah katamu…..sekarang seperti ada jarak, seolah memang kau menginginkan jarak……
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer





0 komentar:
Posting Komentar