: Setyo
Nugroho
Aku
sedang jatuh cinta padamu, entah untuk kali yang keberapa. Padamu aku bisa
berkali-kali jatuh cinta, dan aku sanggup berkali-kali patah hati lalu bangkit
lagi, membangun cinta lagi.
(Haha...Lebay) Ya, pernikahan memang seringkali membuat kita tiba-tiba menjadi lebay,
terlebih aku yang menghadapi suami yang bisa dibilang no expresif sepertimu,
semuanya datar-datar saja, termasuk dalam urusan menyatakan cinta. Ya, itulah
kamu.
Dulu, banyak yang
menyangsikan keputusan kita untuk menapaki jalan ini, jenjang pernikahan yang katanya dalam
waktu yang begitu singkat. Tak sedikit pula mereka yang tak percaya, sebagian mencela,
dan ragu pada proses ini. Proses yang katanya terkesan dipaksakan. Pernikahan
yang katanya mesti didahului dengan pacaran, saling mengenali dan mendalami. Menyalahkan
bahwa islam tak sekaku itu. Bahkan sempat
berkata tentang
kita mengikuti ajaran sesat ini itu.
Ah…. Entahlah…..
yang jelas saat itu aku sedang begitu idealisnya, sedang begitu teguhnya memegang prinsip
tentang proses menuju pernikahan menurut ajaran Tuhan, sedang begitu kerasnya
dengan kebiasaan jalan berdua antara laki-laki dan perempuan. Hingga banyak pula
yang berkata aku terlalu lebay pada proses menuju pernikahan ini, menjalani
setiap tahapannya, menjaga kerahasiaannya, proses yang sering orang bilang
dengan istilah ta’arufan.
Ya,
kita menjalaninya dalam waktu yang cukup singkat, hanya dalam enam bulan
berselang semenjak niat baik itu kau nyatakan. Tentang proposal pernikahan yang kuterima dengan ragu-ragu, tentang bertatap muka dalam pertemuan yang kujalani dengan malu-malu, tentang berkomunikasi dengan keluarga yang tak segampang yang kukira, tentang membujuk dan meyakinkan mereka bahwa yang kupilih adalah kamu, tentang ihwal lamaran yang sempat menjadi perdebatan, hingga
akhirnya Allah perkenankan jua sampai ke jenjang pernikahan.
Ingatkah kau
sayang? Ah, pastinya kau tak ingat, karena laki-laki memang selalu begitu,
jarang mengingat-ingat hal-hal kecil, hal-hal yang menurut mereka tidak terlalu
penting, dan itu termasuk kamu. Tapi aku mengingatnya, karena aku perempuan,
dan perempuan selalu sering terbawa perasaan. Aku selalu ingin mengabadikan
setiap proses, setiap kejadian, dan setiap waktu kebersamaan kita, bahkan aku
ingin merekam setiap gerak dan gambar kehidupan kita agar aku bisa mengenangnya
kelak di hari tua, hari-hari dimana hanya tinggal kita berdua, hari-hari saat nanti
aku sudah beruban dan jadi sangat pelupa.
Kini
menginjak lima tahun sudah, dan Allah perkenankan hadirnya dua buah cinta. Kehadiran mereka yang rasanya dulu bagai merindu
hal yang sulit untuk menjadi nyata, kehadiran mereka yang dinanti-nanti dengan
doa yang panjang dan air mata yang entah telah seberapa, kehadiran mereka yang
dalam lelapnya kini kutatap dengan senyum sayang, syukur, dan cinta tentang
betapa Maha baiknya Allah pada kita berdua yang penuh alpa dan dosa.
Kelak, mereka
yang akan meramaikan rumah kita dengan suara tangis dan tawa, dengan teriakan
berebutan mainan, dengan pernak-pernik perkelahian dalam persaudaraan, dengan
omelan lucu dalam kecadelan, dengan tingkah-tingkah unik mencari perhatian, dan
dengan hal-hal lainnya yang tak kan terduga-duga. Yang jika suatu hari nanti aku tak membersamainya
dengan segunung kesabaran, tolonglah tegur aku dengan kelembutanmu seperti
biasa. Kelembutanmu yang selalu membuatku jatuh hati sejak
pertama......Ciaaaaa.......
Ah,.....sulit untuk mengungkapkan segala rasa dan bahagia
di dada, saat memandangi jundi-jundi
kecil terlelap berdua di tengah malam yang gulita.
Sungguh begitu banyak Allah memberikan cinta yang kadang sering kita lupa untuk
mensyukurinya. Duhai Allah nikmatmu yang mana lagi yang kami dustakan.
Dalam
lima tahun sudah perjalanan rumah tangga kita, untuk setiap kemarahan dan
omelanku, terimakasih selalu meredamnya dan membuatnya hilang bersama hembusan
angin. Untuk setiap kesedihan dan tangisanku, terimakasih selalu menyediakan
pelukan hangat yang menenangkan. Untuk setiap keluhanku, terimakasih selalu
menyediakan teliga mendengarkannya. Untuk setiap kesalahanku, terimakasih
selalu memberikan pemaafan yang luas. Untuk setiap rengekan dan teriakan para
jundi-jundi kecil kita, terimakasih selalu mendampingiku mengatasinya. Untuk
tugas rumah tangga yang seringkali kulalaikan, terimakasih untuk tak
mempermasalahkannya. Dan untuk hal-hal lainnya yang selalu kau bersamai
aku dalam menitinya.
Dan telah lima
tahun sudah. Padamu duhai pendamping, sekarang dan seterusnya kau telah jadi
satu-satunya yang mengetahui segala aibku, yang semuanya telah kupercayakan
kepadamu, semua
rahasia dalam diriku. Hingga kau jadi satu-satunya yang mampu membuatku
terpuruk dan hancur, sekaligus mampu memberi bahagia serasa di surga.
Ah,.....tentang cita-cita surga yang ingin kita
tempati bersama, mari sama-sama kembali memperbaiki jalan untuk meraihnya.
Memperbaiki ibadah yang akhir-akhir ini seringkali kita lalaikan, memperbaiki
silaturrahmi yang seringkali tak tersambungkan. Belajar dan belajar lagi untuk
memantaskan diri menjadi pendidik sejati bagi si buah hati.
Selamat ulang
tahun pernikahan kita sayangku. Terimakasih telah memilihku untuk menempati
hatimu, terimakasih telah mempercayaiku sebagai ibu dari anak-anakmu. Maka menualah bersamaku, hingga umur kita berpuluh-puluh.***
4
Februari 2017
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer





0 komentar:
Posting Komentar