Pages

Selasa, 07 Februari 2017

LIMA

Posted by Ulvina Haviza On 00.11 No comments

: Setyo Nugroho

                Aku sedang jatuh cinta padamu, entah untuk kali yang keberapa. Padamu aku bisa berkali-kali jatuh cinta, dan aku sanggup berkali-kali patah hati lalu bangkit lagi, membangun cinta lagi. (Haha...Lebay) Ya, pernikahan memang seringkali membuat kita tiba-tiba menjadi lebay, terlebih aku yang menghadapi suami yang bisa dibilang no expresif sepertimu, semuanya datar-datar saja, termasuk dalam urusan menyatakan cinta. Ya, itulah kamu.


Dulu, banyak yang menyangsikan keputusan kita untuk menapaki jalan ini, jenjang pernikahan yang katanya dalam waktu yang begitu singkat. Tak sedikit pula mereka yang tak percaya, sebagian mencela, dan ragu pada proses ini. Proses yang katanya terkesan dipaksakan. Pernikahan yang katanya mesti didahului dengan pacaran, saling mengenali dan mendalami. Menyalahkan bahwa islam tak sekaku itu. Bahkan sempat berkata tentang kita mengikuti ajaran sesat ini itu.

Ah…. Entahlah….. yang jelas saat itu aku sedang begitu idealisnya, sedang begitu teguhnya memegang prinsip tentang proses menuju pernikahan menurut ajaran Tuhan, sedang begitu kerasnya dengan kebiasaan jalan berdua antara laki-laki dan perempuan. Hingga banyak pula yang berkata aku terlalu lebay pada proses menuju pernikahan ini, menjalani setiap tahapannya, menjaga kerahasiaannya, proses yang sering orang bilang dengan istilah ta’arufan.

                Ya, kita menjalaninya dalam waktu yang cukup singkat, hanya dalam enam bulan berselang semenjak niat baik itu kau nyatakan. Tentang proposal pernikahan yang kuterima dengan ragu-ragu, tentang bertatap muka dalam pertemuan yang kujalani dengan malu-malu, tentang berkomunikasi dengan keluarga yang tak segampang yang kukira, tentang membujuk dan meyakinkan mereka bahwa yang kupilih adalah kamu, tentang ihwal lamaran yang sempat menjadi perdebatan, hingga akhirnya Allah perkenankan jua sampai ke jenjang pernikahan.

Ingatkah kau sayang? Ah, pastinya kau tak ingat, karena laki-laki memang selalu begitu, jarang mengingat-ingat hal-hal kecil, hal-hal yang menurut mereka tidak terlalu penting, dan itu termasuk kamu. Tapi aku mengingatnya, karena aku perempuan, dan perempuan selalu sering terbawa perasaan. Aku selalu ingin mengabadikan setiap proses, setiap kejadian, dan setiap waktu kebersamaan kita, bahkan aku ingin merekam setiap gerak dan gambar kehidupan kita agar aku bisa mengenangnya kelak di hari tua, hari-hari dimana hanya tinggal kita berdua, hari-hari saat nanti aku sudah beruban dan jadi sangat pelupa.

                Kini menginjak lima tahun sudah, dan Allah perkenankan hadirnya dua buah cinta. Kehadiran mereka yang rasanya dulu bagai merindu hal yang sulit untuk menjadi nyata, kehadiran mereka yang dinanti-nanti dengan doa yang panjang dan air mata yang entah telah seberapa, kehadiran mereka yang dalam lelapnya kini kutatap dengan senyum sayang, syukur, dan cinta tentang betapa Maha baiknya Allah pada kita berdua yang penuh alpa dan dosa.

Kelak, mereka yang akan meramaikan rumah kita dengan suara tangis dan tawa, dengan teriakan berebutan mainan, dengan pernak-pernik perkelahian dalam persaudaraan, dengan omelan lucu dalam kecadelan, dengan tingkah-tingkah unik mencari perhatian, dan dengan hal-hal lainnya yang tak kan terduga-duga. Yang jika suatu hari nanti aku tak membersamainya dengan segunung kesabaran, tolonglah tegur aku dengan kelembutanmu seperti biasa. Kelembutanmu yang selalu membuatku jatuh hati sejak pertama......Ciaaaaa.......

Ah,.....sulit untuk mengungkapkan segala rasa dan bahagia di dada, saat memandangi jundi-jundi kecil terlelap berdua di tengah malam yang gulita. Sungguh begitu banyak Allah memberikan cinta yang kadang sering kita lupa untuk mensyukurinya. Duhai Allah nikmatmu yang mana lagi yang kami dustakan.

                Dalam lima tahun sudah perjalanan rumah tangga kita, untuk setiap kemarahan dan omelanku, terimakasih selalu meredamnya dan membuatnya hilang bersama hembusan angin. Untuk setiap kesedihan dan tangisanku, terimakasih selalu menyediakan pelukan hangat yang menenangkan. Untuk setiap keluhanku, terimakasih selalu menyediakan teliga mendengarkannya. Untuk setiap kesalahanku, terimakasih selalu memberikan pemaafan yang luas. Untuk setiap rengekan dan teriakan para jundi-jundi kecil kita, terimakasih selalu mendampingiku mengatasinya. Untuk tugas rumah tangga yang seringkali kulalaikan, terimakasih untuk tak mempermasalahkannya. Dan untuk hal-hal lainnya yang selalu kau bersamai aku dalam menitinya.

Dan telah lima tahun sudah. Padamu duhai pendamping, sekarang dan seterusnya kau telah jadi satu-satunya yang mengetahui segala aibku, yang semuanya telah kupercayakan kepadamu, semua rahasia dalam diriku. Hingga kau jadi satu-satunya yang mampu membuatku terpuruk dan hancur, sekaligus mampu memberi bahagia serasa di surga.

Ah,.....tentang cita-cita surga yang ingin kita tempati bersama, mari sama-sama kembali memperbaiki jalan untuk meraihnya. Memperbaiki ibadah yang akhir-akhir ini seringkali kita lalaikan, memperbaiki silaturrahmi yang seringkali tak tersambungkan. Belajar dan belajar lagi untuk memantaskan diri menjadi pendidik sejati bagi si buah hati.

Selamat ulang tahun pernikahan kita sayangku. Terimakasih telah memilihku untuk menempati hatimu, terimakasih telah mempercayaiku sebagai ibu dari anak-anakmu. Maka menualah bersamaku, hingga umur kita berpuluh-puluh.***
4 Februari 2017


                



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar