Pages

Minggu, 16 September 2012

Aku, Senja dan Kekasih

Posted by Ulvina Haviza On 19.28 No comments



Senja ini, ingat?  Kau masih ingat saat kita bertemu? Kala itu langit berwarna jingga. Tanpa sengaja kita menyatu dalam senja.
Awalnya, aku tak tahu kau siapa. Sungguh, sungguh tak tahu. Lelaki biasa yang waktu itu lewat di depanku. Pelan.  Kau seperti sedang menahan senyum. Mana aku tahu kalau saat itu kau sedang berusaha menarik perhatianku. Dengan gaya dinginmu itu.
Aku bahkan lebih dingin menghadapimu. Seolah berpura-pura tak tahu bahwa ada kau di depanku. Ya, itulah aku. Selalu dingin terhadap lelaki yang tak kukenal. Sementara kau masih saja mencoba menarik perhatianku. Berusaha tak mengurangi sedikit pun tingkah coolmu.

“Bukankah cinta selalu akan kembali ke tempat muasalnya tiba?” ucapmu waktu itu padaku agar aku memperhatikanmu. Tapi itu membingungkanku.
Akhirnya tanpa sadar aku melirikmu saat kau masih saja terus menatapku lama. Hingga mata kita beradu. Lalu sedetik kemudian, untuk beberapa detik berikutnya, seolah aliran listrik seperti menyengatku.
Lalu muncul detak  yang tiba-tiba saja menggangguku. Hingga nafasku tiba-tiba serasa berpacu. Dan darahku pun mengalir cepat, naik ke ubunku.
Sekejap aku kebingungan. Lalu setelah aku mulai merasa tersadar, seolah baru saja aku seperti tersihir. Sementara kamu masih melempar tatapan manja padaku dengan sinar mata yang berbinar. Menyentakkanku, menyadarkan diriku akan mata itu. Mata yang sama di waktu dulu. Dulu, hampir ratusan bulan yang lalu.
Ya, itu kamu. Aku ingat. Lelaki kecilku dulu. Tapi, benarkah itu kamu? Ah…hatiku sedikit ragu. Tapi mata itu.
Kembali aku menyelam ke dalam matamu. Mata itu, mata yang semakin benderang di bawah kilauan senja. Saat aku menatapmu. Mengumpulkan keyakinan satu persatu. Bahwa itu kamu. Lelaki kecilku dulu. Lelaki yang kembali datang membawa cinta masa kecilnya padaku.
“Kau kah itu?” tanyaku dalam bisikan lembut karena ragu.                                 
Sementara kamu lagi-lagi melemparkan senyum padaku. Dan lagi-lagi masih senyum yang dulu. Kamu lalu mendekat, mengamit tanganku. Tapi aku diam saja membiarkannya.
Seakan tak mempedulikan waktu, lalu kita beradu dalam senja itu. Aku mulai mengingatmu. Mengingat kenanganmu satu-persatu. Kenangan kita. Sementara kau masih tersenyum. Senyum penuh kemenangan. Seolah baru saja mendapatkan kembali sesuatu yang lama hilang. Sama seperti diriku. Yang menemukan kembali hidupku yang dulu tertutup senja. Yang justru kini saat senjalah aku kembali menemukannya.
Cinta itu, ya.. cinta itu. Akhirnya kini di genggamanku. Cinta yang kembali saat aku memeluk senja. Saat kamu membisikkan inginkan hidupku. Yang kusambut dengan anggukan pelan serta merekahnya senyum di bibirku.
Lalu setelah itu kita bergandengan tangan, berjalan menjemput senja. Menghadang jingganya matahari yang bulat penuh. Yang sesaat lagi akan ditelan oleh lautan yang juga jingga.
Kita terus berjalan menuju senja itu. Hingga banyangan kita di belakang terus memanjang dan memanjang oleh pantulan senja. Bayangan yang lalu memberitakan panjangnya kisah percintaan kita. Aku  dan kamu yang selalu menatapku dengan manja. Saat kamu membisikkan, “Kau selalu mencintaiku”.  *belajar cerpen cinta :p (edisi ababil)



Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer

0 komentar:

Posting Komentar