Senja
ini, ingat? Kau masih ingat saat kita
bertemu? Kala itu langit berwarna jingga. Tanpa sengaja kita menyatu dalam
senja.
Awalnya,
aku tak tahu kau siapa. Sungguh, sungguh tak tahu. Lelaki biasa yang waktu itu
lewat di depanku. Pelan. Kau seperti
sedang menahan senyum. Mana aku tahu kalau saat itu kau sedang berusaha menarik
perhatianku. Dengan gaya dinginmu itu.
Aku
bahkan lebih dingin menghadapimu. Seolah berpura-pura tak tahu bahwa ada kau di
depanku. Ya, itulah aku. Selalu dingin terhadap lelaki yang tak kukenal.
Sementara kau masih saja mencoba menarik perhatianku. Berusaha tak mengurangi sedikit
pun tingkah coolmu.
“Bukankah
cinta selalu akan kembali ke tempat muasalnya tiba?” ucapmu waktu itu padaku
agar aku memperhatikanmu. Tapi itu membingungkanku.
Akhirnya
tanpa sadar aku melirikmu saat kau masih saja terus menatapku lama. Hingga mata
kita beradu. Lalu sedetik kemudian, untuk beberapa detik berikutnya, seolah
aliran listrik seperti menyengatku.
Lalu
muncul detak yang tiba-tiba saja
menggangguku. Hingga nafasku tiba-tiba serasa berpacu. Dan darahku pun mengalir
cepat, naik ke ubunku.
Sekejap
aku kebingungan. Lalu setelah aku mulai merasa tersadar, seolah baru saja aku
seperti tersihir. Sementara kamu masih melempar tatapan manja padaku dengan
sinar mata yang berbinar. Menyentakkanku, menyadarkan diriku akan mata itu.
Mata yang sama di waktu dulu. Dulu, hampir ratusan bulan yang lalu.
Ya,
itu kamu. Aku ingat. Lelaki kecilku dulu. Tapi, benarkah itu kamu? Ah…hatiku
sedikit ragu. Tapi mata itu.
Kembali
aku menyelam ke dalam matamu. Mata itu, mata yang semakin benderang di bawah
kilauan senja. Saat aku menatapmu. Mengumpulkan keyakinan satu persatu. Bahwa
itu kamu. Lelaki kecilku dulu. Lelaki yang kembali datang membawa cinta masa
kecilnya padaku.
“Kau
kah itu?” tanyaku dalam bisikan lembut karena ragu.
Sementara
kamu lagi-lagi melemparkan senyum padaku. Dan lagi-lagi masih senyum yang dulu.
Kamu lalu mendekat, mengamit tanganku. Tapi aku diam saja membiarkannya.
Seakan
tak mempedulikan waktu, lalu kita beradu dalam senja itu. Aku mulai
mengingatmu. Mengingat kenanganmu satu-persatu. Kenangan kita. Sementara kau
masih tersenyum. Senyum penuh kemenangan. Seolah baru saja mendapatkan kembali
sesuatu yang lama hilang. Sama seperti diriku. Yang menemukan kembali hidupku
yang dulu tertutup senja. Yang justru kini saat senjalah aku kembali
menemukannya.
Cinta
itu, ya.. cinta itu. Akhirnya kini di genggamanku. Cinta yang kembali saat aku
memeluk senja. Saat kamu membisikkan inginkan hidupku. Yang kusambut dengan
anggukan pelan serta merekahnya senyum di bibirku.
Lalu
setelah itu kita bergandengan tangan, berjalan menjemput senja. Menghadang
jingganya matahari yang bulat penuh. Yang sesaat lagi akan ditelan oleh lautan
yang juga jingga.
Kita
terus berjalan menuju senja itu. Hingga banyangan kita di belakang terus
memanjang dan memanjang oleh pantulan senja. Bayangan yang lalu memberitakan
panjangnya kisah percintaan kita. Aku
dan kamu yang selalu menatapku dengan manja. Saat kamu membisikkan, “Kau
selalu mencintaiku”. *belajar cerpen cinta :p (edisi ababil)
Free Template Blogger collection template Hot Deals BERITA_wongANteng SEO theproperty-developer





0 komentar:
Posting Komentar